Pagi, hari Sabtu kami jalan tanpa tujuan mau kemana. Yang penting jalan dan sudah membawa perlengkapan baju ganti untuk beberapa hari. Mau kemana, nanti kita pikirkan di jalan, kataku dan istriku mengiyakan. Yah sekali-kali kita pergi dengan spontanitas saja ya, kan asyik. Sesampainya di tol dan menemui persimpangan, aku tanya istriku dan anakku, mau ke mana nih? Dan serentak dijawab belok kiri saja, yang artinya ke arah Cikampek.
Mobil menyusuri tol dengan kecepatan santai, sampai akhirnya ketemu pertigaan lagi. " Mau ke mana , kiri apa lurus? " tanyaku. " Kiri saja ya, kita ke Bandung", kata istriku dan diiyakan anakku. Oke..!!! Dan akhirnya kami ke Bandung mampir di Buah Batu nengok warnet kami sampai sore. Malamnya kami nginep di Bandung, dan paginya seperti kemarin lagi. "Mau ke mana nih hari ini?", tanyaku. " Ke mana ya?", tanya balik istriku. Akhirnya kami putuskan agar anakku yg mutusin. " Shafira ingin ke tempat Pak De ke Tasik", jawab anakku. " " Oke kita jalan ke Tasik sekarang. Let's go..!!!!".
Siang sesampainya di Tasik, kami langsung singgah di rumah Pak De Didi, kakaknya istriku. Dia mengelola peternakan ayam sekitar 30.000 ekor lebih. Akhirnya kami sore-sore berangkat untuk melihat-lihat kandang dan ayam kakakku. "Wah banyak sekali ya?", teriak anakku. "Kapan kita punya ayam sebanyak itu ?", tanya anakku kepadaku. " Nanti suatu saat pasti kita akan punya ayam sebanyak ini", jawabku. Memang sekarang aku baru punya 10.000 ekor, tetapi targetku sambil jalan nantinya harus punya kapasitas minimal 20.000 ekor dan kalau bisa lebih seperti kakakku ini. Tapi target awalku 20.000 ekor dulu sebelum aku siap untuk keluar kerja. Setelah keluar dan TDA, insyaAlloh aku bisa menaikkan target menjadi 30.000 ekor atau bahkan lebih. Amin, semoga Alloh mendengarnya dan merupakan doaku yang didengarNya dan di kabulkanNya.
Malemnya kami kami nginep di Tasik dan menikmati indahnya suasana malam kota Tasik. Pagi harinya, kami kembali tidak ada tujuan kemana akan meneruskan perjalanan. Ngobrol-ngobrol sama seseorang, kami diberi tahu tempat dimana kami bisa menikmati rumah dan budaya asli sunda yang selain dijaga keasliannya dan orisinalitasnya oleh penduduk sendiri, juga didukung oleh pemerintah setempat. Tempat itu bisa ditemui dalam perjalanan antara Tasikmalaya ke arah Garut, dan namanya Kampung Naga. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan pagi harinya ke arah Garut. Perjalanan benar-benar kami nikmati dengan pelan-pelan dan santai. Dan ternyata enak dan nyaman juga kalau kita bepergian, dan kita tidak diburu waktu selama perjalanan. Benar-benar mengasyikkan dan bisa enjoy. Sekitar 45 menit dari Tasik, kami menemukan tempat yang dimaksudkan, yaitu suatu desa yang letaknya harus ditempuh dengan jalan kaki melewati tanjakan sebanyak 350 an anak tanjakan. Mobil kami parkir ditempat parkir, dan kami diantar oleh seoarang guide dg bayaran 30 ribu. Jalan yang dilewati mulai melewati jalan menurun. Setelah habis turunannya, kami disuguhi sebuah sungai yang mengalir alami dengan pemandangan sangat indah disebelah baratnya pegunungan yang asri. Banyak anak-anak dan orang tua sedang mencari ikan di sungai.
( suasana Kampung Naga dengan sungainya )
( suasana jalan ke arah Kampung Naga )
Dari guide kami ini, kami tahu bahwa di desa kampung Naga ini tidak boleh ada listrik, dan jumlah rumah dipertahankan tetap jumlahnya sekitar 125 rumah. Apabila ada seorang anak yang mau membangun rumah, maka dia harus membangunnya diluar desa tersebut.( rumah istirahat di tengah sawah )
( kolam ikan yg tertata rapi dg kamdang ternak )
Sampai di desa tsb, kami diajak keliling melihat sistem irigasi dan cara hidup orang-orang disana. Mereka hanya hidup dari bertani swah disekitar desa dan mencari ikan. Sambilan mereka memelihar kambing dan ikan di kolam. Kolamnya tertata dengan rapi dan semua kandang kambing serta kamar mandi harus jauh dari rumah. Kandang-kandang itu berjejer ditepi kolam dg rapi. Rumah mereka rumah panggung beratapkan ijuk dengan dinding kayu atau bambu (gedhek). Mereka sanagat menjaga keseimbangan hidup ini dengan alam sekitar. Tidak ada rasa serakah, iri, dengki dan saling membantu. Kami duduk disana ngobrol denagn warga Kampung Naga, dan ak sangat merasakan suasana yang sangat lain dengan di Jakarta. Yang ada disana adalah saling membantu dan saling menghargai, baik dengan tetangga sendiri, dg pendatang dan dengan alam sekitar. Wah sungguh enak sekali bisa hidup dengan lingkunagn dan budaya seperti ini.
( Aku, Shafira, dan istriku (Erning))
( suasana di Kampung Naga )
Dan disana kami banyak temui bule-bule dari luar neger yang jauh-jauh datang hanya untuk melihat kehidupan yang sangat harmonis dengan alam. Dari guide kami, aku tahu bahwa kalau mau nginep di kampung ini, bisa saja dengan membayar seikhlasnya semalam, tetapi jangan kaget, karena kita akan tidur di lantai kayu tanpa tempat tidur dan kasur. Sungguh alamiah sekali. Makanan kita bisa bawa sendiri atau bisa dimasakkan yang punya rumah." Sering anak-anak sekolah nginep disini Mas kalau musim liburan. Satu rumah bisa menampung 5 sampai 6 orang dan hanya membayar rata-rata 50 ribu. Kami dilarang meminta bayaran, tetapi kami hanya menerima keikhlasan dari para tamu, " guide kami bercerita. "Wah sungguh sangat menarik nih. Suatu saat aku ingin nginep disini Pak ya? " kataku. " Boleh Pak nanti cari saja saya kalu mau nginep, dan bisa nginep di rumah saya," jawab guide itu.
( suasana rumah di Kampung Naga )
( rumah panggung di atas kolam - bersih banget ya..? )
Sore, sekitar jam 15.00 kami berangkat ke Garut masih dengan perjalanan yang santai apalagi pemandanagn sangat indah. Sampai Garut kami singgah di Masjid Agung Garut untuk shalat asar. Setelah shalat, kami duduk-duduk di tepi masjid sambil menikmati ketoprak ala Garut dan minuman yang banyak dijual disekitar halaman masjid. Nah waktu makan itu aku dapat kenalan diman setelah cerita kesana kemari, ternyata dia punya adik kandung yang punya usaha sop buah di Bandung dan sangat rame. Dan dari ngobrol itu kami ditawari untuk mampir dan mencoba sop buahnya ( tunggu cerita di lain episode " Berburu Sop Buah di Bandung). "Wah enak sekali ya kalau jalan-jalan dengan suasana memang nyantai seperti ini, " kata istriku. He..he..dan ngirit lagi ya kan? Makan di tepi jalan, nginep kadang-kadang di saudara, sekalian silaturahmi.
Setelah makan dan duduk-duduk, kami melanjutkan perjalanan ke Kampung Sampireun yang terkenal itu. Setelah sampai sana, sungguh suasana pedesaan yang sangat asyik dan alami yang kami temui, cuma sayangnya sewa rumah permalamnya agak mahal.
( Kampung Sampireun di waktu sore )
( danau dan rumah di atasnya )
( suasananya itu lho..? )
Kami juga menerusakan perjalanan kami ke Cipanas, dan sekali lagi menginap disana. Pagi harinya kami sewa delman untuk muter-muter kota Garut dengan delman. Enak juga ya naik delman muterin kota. Shafira sampai protes mau ngajk pulang dengan alasan nanti kalau masuk sekolah terlalu panjang kalau disuruh bercerita sama bu guru. He..he...ya jangan ceritain semua dong. Ya kan.
( Shafira kecapekan jalan-jalan )
( kalo mo nginep dg suasana sawah dan diatas sawah )
Dan akhirnya setelah sekitar 4 hari kami jalan-jalan kami putuskan untuk kembali ke Jakarta dengan membawa banyak cerita. Cerita dan pengalaman untuk diri sendiri dan untuk orang lain. Shafira dan istriku sekarang selalu menagih janji untuk jalan-jalan lagi. He..he..capek lah yaoo? Nanti lagi ngumpulin duit dulu.
Ariev
Owner " CENTRALNET " Sukabirus - Bandung
No comments:
Post a Comment