Wednesday, August 22, 2007

MENJEMPUT RIZKI

Dalam hidup yang sudah digariskan Sang Pencipta ini, rejeki, jodoh dan ajal adalah hal secret yang hanya Dia yang berhak tahu bagi umatNya. Kalau jodoh dan ajal, mungkin banyak dari kita atau semua dari kita bahkan sudah bukan suatu permasalahan. Dan yang sangat banyak variabelnya dan ingin saya tulis disini adalah masalah rizki. Karena rizki bagi setiap orang adalah hal krusial dalam memenuhi kebutuhan hidup yang semakin menghimpit ini.

Kalau menurut segi agama, rizki itu sudah ditentukan dari atas. Ah itu bukan rizki aku, begitu kalau kita sedang mengejar sesuatu tetapi tidak berhasil. Artinya, seberapa besar rizki seseorang itu kita tidak tahu besarnya berapa, yang pasti kita diharuskan berusaha dan berdo'a supaya memperoleh rizki ini.

Dari ketidak pastian dan ketidak tahuan besarnya rizki inilah yang membuat dan mengharuskan kita agar selalu berusaha dan bertawakkal kepadaNya. Coba bayangkan kalau kita sudah tahu besarnya rizki kita ketika umur sekian dan nanti umur sekian besarnya sekian, kan jadi kacau dunia ini karena tidak akan pernah ada seseorang yang dg gagah berani berusaha sekuat tenaga karena sudah terlanjur tahu besarnya rizkinya. Tetapi dari sini kita dapat mengambil hikmah bahwa dengan berusaha baru kita akan mendapatkan rizki itu. Dan saya rasa memang seharusnya demikian.

Kembali ke azas bahwa rizki telah ditentukan oleh Sang Maha Pemurah. Dan kita tidak tahu berapa rizki kita yang sampai di tangan kita. Dari sini kalau saya mengambil pemikiran bahwa rizki kita ini sebetulnya bisa saja tidak terbatas, ya kan? Kan semua dari kita tidak tahu batasan rizki kita semua yang sampai di tangan kita kan? Hanya kita sendiri yang sering membatasi diri dalam memperoleh rizki. Kita semua yang tidak mau berusaha lebih untuk menjemput rizki itu, dimana Sang Maha Pemurah telah menyebar rizki itu dimana-mana.

Ambil contoh saya sebagai seorang karyawan disebuah perusahaan. Saya memperoleh gaji tiap bulan setelah bekerja selama 24 hari ( seminggu 2 hari libur). Kalau saya tidak pernah berusaha mencari rizki yang lain ( yg halal) maka yang saya dapatkan ya sebatas gaji itu. Tidak akan ada tambahan gaji, tidak akan mendapat kenaikan bila perusahaan tidak menaikkan gaji, dan tidak ada bonus tiba-tiba bila tidak ada keputusan dari management. Artinya rizki saya berupa uang untuk biaya hidup ya sebatas dari gaji saja, tidak ada tambahan lainnya.

Ketika saya mau bekerja dan berpikir lebih dari biasanya sedikit saja, misal saya mencoba berjualan es di pinggir jalan dengan mempekerjakan satu orang, maka dari berjualan itu saya mendapatkan tambahan uang dari keuntungan 25 ribu sehari, atau 20 ribu lah katakan. Disini saya telah berupaya meraih rizki Allah dengan berjualan dan secara perhitungan rizki saya naik 750 ribu sebulan dibanding sebelumnya. Dari sini anda bisa membedakan kan, dimana arti sesungguhnya rizki bagi umatNya itu kan?

Sekarang diandaikan setelah beberapa tahun berjalan usaha itu, dan sekarang sudah mencapai 50 gerobak, maka disisi lain saya telah menciptakan lapangan kerja bagi sesama dan walaupun sedikit telah menebar rahmat bagi sesama pula. Kita jadi lebih berguna bagi sesama dan bagi keluarga kita karena rizki saya telah naik berlipat-lipat dibandingkan sebelum berusaha berjualan es.

Makanya telah dikatakan bahwa rizki Allah itu sebenarnya tersebar dimana-mana, tinggal kita saja pandai mengambilnya atau tidak. Dan setelah kita mengambilnya, jangan sekali-kali lupa dengan aturan selanjutnya bahwa rizki yang sampai kita itu bukan milik kita seluruhnya, tetapi merupakan milik orang lain yang membutuhkan, cuma rizki itu turun lewat tangan kita. Karena harta kita yang sesungguhnya adalah harta kita yang telah kita sedekahkan, dan harta kita yang lain adalah harta titipan saja, kapan dan dimana saja bisa diambil sang pemiliknya yaitu Sang Maha Kaya Allah SWT. Tidak ada dalam sejarah orang yang banyak bersedekah itu akan jatuh miskin, bahkan sebaliknya karena Allah berjanji akan mengganti berlipat-lipat harta yang kita sedekahkan.

Makanya marilah kita semua mulai membuat pilihan dan sikap untuk mulai menggunakan pikiran dan tenaga kita ini lebih untuk menjemput rizkiNya. Seenak-enak perasaan hati adalah ketika kita bersedekah kepada orang yang sangat membutuhkan dan orang tersebut merasakan bersyukur sekali seperti mendapatkan durian runtuh. Dan apabila kita berusaha lebih dengan hasil lebih pula, maka kita dapat menambah banyak sedekah kita. Ya gak?

Marilah kita berlomba menjemput rizki Allah yang tersebar dimana-mana secara halal untuk berniat semakin banyak pula kita berbuat dan berguna bagi sesama. Ayo...ayo...!!!

Tetap semangat..!!!!!!

Ariev (employee on one of the thousands companies in Jakarta)

No comments: